Rabu, 06 April 2016

Kriminalisasi oleh Media

Tidak ada komentar:



Dilangsir Oleh : Komisi A FSLDK Sumatera Utara

Tulisan ini saya awali dari pernyataaan seorang ibu rumah tangga, ‘Zainab’, yang pada saat itu terjadi kerusuhan di Poso.Saat diwawancarai,  “Itu media pak, jangan Bapak percaya! Yang Bapak percaya (orang-orang) di sini! Karena kita orang, banyak informasi yang lihat dengan mata kepala sendiri. Media itu memang pendusta semua itu. Ndak ada yang dipercaya. Karena kenyataannya kita orang disini (warga Poso) yang tahu kejadian sesungguhnya disini.” (Orang tua Ahmad Nurdin, korban penembakan Poso). Sejak awal ajaran Islam sudah memiliki perhatian besar terhadap urusan media. Media berkaitan dengan pembentukan opini publik, sedang opini publik erat kaitannya dengan stabilitas sosial. Damai atau gelisahnya kehidupan masyarakat, sangat dipengaruhi oleh opini-opini yang berkembang. Jauh sebelumnya Allah SWT telah memperingatkan kita dalam firmannya (Q.S An-Nisaa’:83) :
“Dan jika datang kepada mereka berita seputar keamanan dan ketakutan (isu menyangkut stabilitas sosial), mereka (langsung) menyiarkannya. Andaikan mereka mengembalikan urusan itu kepada Rasulullah dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang menginginkan kesimpulan yang benar dari urusan itu, akan mengetahui dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Sekiranya bukan karena keutamaan dari Allah dan rahmat-Nya atas kalian, pastilan kalian akan mengikuti setan (opini sesat), kecuali sedikit saja dianatara kalian.”
Tersebarnya opini liar ditengah masyarakat sangat berbahaya. Keadaan ketika berhembus opini sesat dimasyarakat, menimbulkan salah paham prasangka buruk, curiga-mencurigai, pertentangan pendapat, konflik, sampai saling serang satu sama lain. Masyarakat yang semula tenang menjadi rusuh akibat opini sesat. Yang harus kita ketahui adalah umat manusia seluruh dunia dikontrol oleh enam perusahaan media yang dimiliki kaum Yahudi, diantaranya AOL Time Warner, The Walt Disney Co, Bertelsman AG, Viacom, News Corporation, dan Vivendi Universal. Kaum Yahudi juga menguasai media sosial ternama dan menduduki jabatan top dunia. Seperti pendiri Google, Sergey Brin, pendiri Facebook, Mark Zuckenberg. Tiga jaringan televesi terbesar sejagad, yang dimiliki oleh konglomerat Yahudi, yakni ABC (Leonardo Goldenson), CBS (William Pale dan Lawrence Tisch), dan NBC (David Sarnoff, dan anaknya Robert). Tiga surat kabar terbesar di dunia juga kepunyaan Yahudi, yakni The New York Times, The Wall Streeet Journal, dan The Washington Post. Media-media di Indonesia hanyalah bagian dari media global. Semua menjadi bagian dari jaringan media global, menginduk kepada media milik Yahudi Internasional, dan tujuannnya mengontrol pikiran, persepsi, hati, perasaan, dan keyakinan ‘control of mind’, kemudian membuat rakyat dan bangsa Indonesia, terkotak dalam kotak milik Zionis-Israel. Zionis-Israel bisa mengarahkan masyarakat Indonesia, seperti yang mereka inginkan. Manusia Indonesia tak dapat bebas menentukan sikap dan pilihannya, dan bahkan agama dimanipulasi menjadi sebuah benda komersial, bukan lagi keyakinan yang dipercaya dan ditaati.
 Ahli propaganda barat mengatakan “if you repeat a lie often enough, people will believe it, and you wild even come to believe it yourself” (jika kamu terus mengulang-ulang menyiarkan suatu kebohongan, masyarakat lama-lama akan mempercayainya, bahkan kamu sendiri akan ikut mempercayainya).
Ini lah yang terjadi dewasa ini, media massa menjadi eksekutor utama, setiap tindakan apapun yang dilakukan oleh Barat dan Yahudi, membuat masyarakat Internasional tidak berdaya, dan hanya bisa mengamininya. Tragedi gedung kembar WTC 9/11, bom Bali, dan serangkaian teror bom lainnya, adalah konspirasi yang menyudutkan umat Islam. Kemudian berita-berita teror bom ini dipoles oleh media-media sekuler, yang langsung membuat opini, bahwa setiap adanya ledakan bom, baku tembak antara aparat dan masyarakat ini adalah tindak terorisme, dan media mendramatisirnya.Seperti kejadian pada 10 Agustus 2013, seorang polisi bernama Bripka Sukardi ditembak oleh orang tak dikenal didepan gedung KPK, Jl. Rasuna Said Kuningan Jakarta. Polisi itu tewas telentang di aspal jalan raya, sedang motor yang dikendarainya masih dalam keadaan menyala. Maka dengan sigap pihak kepolisisan Republik Indonesia menurunkan Detasemen Khusus anti teror (DENSUS 88), setiap pekerjaan yang mereka lakukan diakui kebenarannya, sekalipun itu korban salah tangkap kemudian dianiaya, sampai meregang nyawa. Tewasnya Suyono (39) baru-baru ini ditangani Densus 88, tanpa bukti yang konkret, adalah bentuk kejanggalan yang dilakukan oleh tim Densus 88, padahal beliau dikenal sangat baik oleh masyarakat sekitar.
Lantas dunia buta, tuli, peduli setan, saat umat Islam diintimidasi, dihinakan, didzolimi, dianiaya, seperti yang terjadi pada kudeta militer di Mesir, penjajahaan di tanah Palestina, terusirnya Muslim Rohingya, pembantai di bumi Syuriah, invasi militer Amerika ke Irak, Afghanistan, dan Pakistan, dan diblokadenya Masjid Al-Aqsa, sangat sepi oleh pemberitaan Internasional.  #saveParis, #saveBelgia, itu adalah pesan tagar bentuk ungkapan duka cita, belasungkawa, prihatin, yang disampaikan kepada masyarakat Internasional saat negara-negara barat diteror oleh ledakan bom. Namun beda halnya apabila ledakan bom terjadi pada negara yang dipimpin oleh Recep Tayyib Erdogan (Turkey), 4 kali terjadi serangan bom selama 2016 nyaris tak disentuh oleh media. Meskipun invasi media begitu besar, bukan berarti kita gentar atau takut menghadapi mereka. Sebesar apapun kekuatan mereka, sehebat apapun tipu daya dan konspirasinya, secanggih apapun siasat dan teknologinya, tidak pantas kita merasa gentar menghadapi manusia-manusia Islamphobia dan durhaka itu. Selagi kita berada diatas Al-Haq, maka tipu daya kufar sehebat apapun, tidak akan sanggup mengalahkan kita.
Kebijakan sebuah pemerintahan sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan rakyat. Apakah pemerintahan kita saat ini sudah disetir oleh Yahudi? Tidak aneh jika sebuah rezim pada saat sekarang ini memanfaatkan betapa digdayanya sebuah media. Dibawah pemerintahan saat ini, sebenarnya banyak derita dan nestapanya. Kepemimpinan yang tak lebih dari ‘etalase’ kepentingan-kepentingan bangsa lain, kebohongan publik, retorika tolol, pencitraan, manajemen birokrasi maburadul. Media-media massa nasional seperti (TV ONE, ANTV, MNC grup, Metro TV) tak ada yang secara massif membuka bobroknya pemerintahan saat ini, semua sudah disetir oleh pemangku kekuasaan. Sudah jarang terdengar kritikan kepada pemerintah, yang ada hanya berita seputar prestasi-prestasi konyol dari sang penguasa. Pertanyaannya, mengapa sebuah rezim politik begitu kuat sehingga sulit dijatuhkan? Secara teori jawabannya bisa bermacam-macam, tapi disini kita melihat betapa kuatnya peran media. Dapat disimpulkan bahwa media massa adalah ‘penguasa negara’ sesungguhnya, karena berhasil memanipulasi pikiran, persepsi, dan keyakinan manusia. Dampaknya sebuah kejahatan menjadi sebuah kebenaran. Sebuah kejahatan kemanusiaan yang terjadi pada negara-negara Islam menjadi dimengerti dan difahami sebagai kemestian. Tidak ada penolakan. Tidak ada perlawanan. Semuanya menjadi bersifat sah-sah saja. Peran media-media Islam sangat penting dan mendesak untuk menolong kehidupan umat ini. Lebih tepatnya lagi ‘jihad media’ karena kita sekarang sedang menerjuni kancah opinion war; siapa yang mampu mendominasi opini publik, akan menguasai keadaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top