Tulisan
ini saya awali dari pernyataaan seorang ibu rumah tangga, ‘Zainab’, yang pada
saat itu terjadi kerusuhan di Poso.Saat diwawancarai, “Itu media pak, jangan Bapak percaya! Yang Bapak
percaya (orang-orang) di sini! Karena kita orang, banyak informasi yang lihat
dengan mata kepala sendiri. Media itu memang pendusta semua itu. Ndak ada yang
dipercaya. Karena kenyataannya kita orang disini (warga Poso) yang tahu
kejadian sesungguhnya disini.” (Orang tua Ahmad Nurdin, korban penembakan Poso).
Sejak awal ajaran Islam sudah memiliki perhatian besar terhadap urusan media.
Media berkaitan dengan pembentukan opini publik, sedang opini publik erat
kaitannya dengan stabilitas sosial. Damai atau gelisahnya kehidupan masyarakat,
sangat dipengaruhi oleh opini-opini yang berkembang. Jauh sebelumnya Allah SWT
telah memperingatkan kita dalam firmannya (Q.S An-Nisaa’:83) :
“Dan jika datang kepada mereka
berita seputar keamanan dan ketakutan (isu
menyangkut stabilitas sosial), mereka (langsung)
menyiarkannya. Andaikan mereka mengembalikan urusan itu kepada Rasulullah dan
Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang menginginkan kesimpulan
yang benar dari urusan itu, akan mengetahui dari mereka (Rasul dan Ulil Amri).
Sekiranya bukan karena keutamaan dari Allah dan rahmat-Nya atas kalian,
pastilan kalian akan mengikuti setan (opini
sesat), kecuali sedikit saja dianatara
kalian.”
Tersebarnya
opini liar ditengah masyarakat sangat berbahaya. Keadaan ketika berhembus opini
sesat dimasyarakat, menimbulkan salah paham prasangka buruk, curiga-mencurigai,
pertentangan pendapat, konflik, sampai saling serang satu sama lain. Masyarakat
yang semula tenang menjadi rusuh akibat opini sesat. Yang harus kita ketahui
adalah umat manusia seluruh dunia dikontrol oleh enam perusahaan media yang
dimiliki kaum Yahudi, diantaranya AOL Time Warner, The Walt Disney Co,
Bertelsman AG, Viacom, News Corporation, dan Vivendi Universal. Kaum Yahudi
juga menguasai media sosial ternama dan menduduki jabatan top dunia. Seperti
pendiri Google, Sergey Brin, pendiri Facebook, Mark Zuckenberg. Tiga jaringan
televesi terbesar sejagad, yang dimiliki oleh konglomerat Yahudi, yakni ABC
(Leonardo Goldenson), CBS (William Pale dan Lawrence Tisch), dan NBC (David
Sarnoff, dan anaknya Robert). Tiga surat kabar terbesar di dunia juga kepunyaan
Yahudi, yakni The New York Times, The Wall Streeet Journal, dan The Washington
Post. Media-media di Indonesia hanyalah bagian dari media global. Semua menjadi
bagian dari jaringan media global, menginduk kepada media milik Yahudi
Internasional, dan tujuannnya mengontrol pikiran, persepsi, hati, perasaan, dan
keyakinan ‘control of mind’, kemudian membuat rakyat dan bangsa
Indonesia, terkotak dalam kotak milik Zionis-Israel. Zionis-Israel bisa
mengarahkan masyarakat Indonesia, seperti yang mereka inginkan. Manusia
Indonesia tak dapat bebas menentukan sikap dan pilihannya, dan bahkan agama
dimanipulasi menjadi sebuah benda komersial, bukan lagi keyakinan yang dipercaya
dan ditaati.
Ahli propaganda barat mengatakan “if you repeat a lie often enough, people
will believe it, and you wild even come to believe it yourself” (jika kamu
terus mengulang-ulang menyiarkan suatu kebohongan, masyarakat lama-lama akan
mempercayainya, bahkan kamu sendiri akan ikut mempercayainya).
Ini
lah yang terjadi dewasa ini, media massa menjadi eksekutor utama, setiap
tindakan apapun yang dilakukan oleh Barat dan Yahudi, membuat masyarakat
Internasional tidak berdaya, dan hanya bisa mengamininya. Tragedi gedung kembar
WTC 9/11, bom Bali, dan serangkaian teror bom lainnya, adalah konspirasi yang
menyudutkan umat Islam. Kemudian berita-berita teror bom ini dipoles oleh
media-media sekuler, yang langsung membuat opini, bahwa setiap adanya ledakan
bom, baku tembak antara aparat dan masyarakat ini adalah tindak terorisme, dan
media mendramatisirnya.Seperti kejadian pada 10 Agustus 2013, seorang polisi
bernama Bripka Sukardi ditembak oleh orang tak dikenal didepan gedung KPK, Jl.
Rasuna Said Kuningan Jakarta. Polisi itu tewas telentang di aspal jalan raya,
sedang motor yang dikendarainya masih dalam keadaan menyala. Maka dengan sigap
pihak kepolisisan Republik Indonesia menurunkan Detasemen Khusus anti teror
(DENSUS 88), setiap pekerjaan yang mereka lakukan diakui kebenarannya,
sekalipun itu korban salah tangkap kemudian dianiaya, sampai meregang nyawa.
Tewasnya Suyono (39) baru-baru ini ditangani Densus 88, tanpa bukti yang konkret,
adalah bentuk kejanggalan yang dilakukan oleh tim Densus 88, padahal beliau
dikenal sangat baik oleh masyarakat sekitar.
Lantas
dunia buta, tuli, peduli setan, saat umat Islam diintimidasi, dihinakan,
didzolimi, dianiaya, seperti yang terjadi pada kudeta militer di Mesir,
penjajahaan di tanah Palestina, terusirnya Muslim Rohingya, pembantai di bumi
Syuriah, invasi militer Amerika ke Irak, Afghanistan, dan Pakistan, dan
diblokadenya Masjid Al-Aqsa, sangat sepi oleh pemberitaan Internasional. #saveParis, #saveBelgia, itu adalah pesan
tagar bentuk ungkapan duka cita, belasungkawa, prihatin, yang disampaikan
kepada masyarakat Internasional saat negara-negara barat diteror oleh ledakan
bom. Namun beda halnya apabila ledakan bom terjadi pada negara yang dipimpin
oleh Recep Tayyib Erdogan (Turkey), 4 kali terjadi serangan bom selama 2016
nyaris tak disentuh oleh media. Meskipun invasi media begitu besar, bukan
berarti kita gentar atau takut menghadapi mereka. Sebesar apapun kekuatan
mereka, sehebat apapun tipu daya dan konspirasinya, secanggih apapun siasat dan
teknologinya, tidak pantas kita merasa gentar menghadapi manusia-manusia Islamphobia dan durhaka itu. Selagi kita
berada diatas Al-Haq, maka tipu daya kufar sehebat apapun, tidak akan sanggup
mengalahkan kita.
Kebijakan
sebuah pemerintahan sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan rakyat. Apakah
pemerintahan kita saat ini sudah disetir oleh Yahudi? Tidak aneh jika sebuah
rezim pada saat sekarang ini memanfaatkan betapa digdayanya sebuah media.
Dibawah pemerintahan saat ini, sebenarnya banyak derita dan nestapanya. Kepemimpinan
yang tak lebih dari ‘etalase’ kepentingan-kepentingan bangsa lain, kebohongan
publik, retorika tolol, pencitraan, manajemen birokrasi maburadul. Media-media
massa nasional seperti (TV ONE, ANTV, MNC grup, Metro TV) tak ada yang secara
massif membuka bobroknya pemerintahan saat ini, semua sudah disetir oleh
pemangku kekuasaan. Sudah jarang terdengar kritikan kepada pemerintah, yang ada
hanya berita seputar prestasi-prestasi konyol dari sang penguasa.
Pertanyaannya, mengapa sebuah rezim politik begitu kuat sehingga sulit
dijatuhkan? Secara teori jawabannya bisa bermacam-macam, tapi disini kita
melihat betapa kuatnya peran media. Dapat disimpulkan bahwa media massa adalah ‘penguasa
negara’ sesungguhnya, karena berhasil memanipulasi pikiran, persepsi, dan
keyakinan manusia. Dampaknya sebuah kejahatan menjadi sebuah kebenaran. Sebuah
kejahatan kemanusiaan yang terjadi pada negara-negara Islam menjadi dimengerti
dan difahami sebagai kemestian. Tidak ada penolakan. Tidak ada perlawanan.
Semuanya menjadi bersifat sah-sah saja. Peran media-media Islam sangat penting
dan mendesak untuk menolong kehidupan umat ini. Lebih tepatnya lagi ‘jihad
media’ karena kita sekarang sedang menerjuni kancah opinion war; siapa yang mampu mendominasi opini publik, akan
menguasai keadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar